Minggu, 01 April 2012

Al-Ma’rufiyyah Berdendang


Tepatnya pada tanggal 20-10-2011 malam jum’at,  al-ma’rufiyah bershalawat, dan bahkan para malaikat pun ikut bershalawat, air yang turun dari langit, menyambut malam kawasan ma’rufiyah, yang semakin kesini semakin meriah,  di tengah perpolitikan negara yang smakin tidak bisa dipahami apa yang sebenarnya terjadi, peduli amat sama negara, negara itu buatan manusia, dan manusia smakin bingung atas apa yang telah diperbuatnya.
Yang namanya shalawat tentunya tidak hanya sekedar dilagukan saja, atau  dilagakan tanpa dilogikakan. Walaupun demikian, Al-ma’rufiyah mempunyai semacam  tradisi untuk memahami itu semua, mempunyai semacam bahasa kedewasaannya tersendiri untuk mengungkapkan menyatakan dan mempersembahkan kerinduannya terhadap pemimpin kebenaran, pengantar kema’rufan, pengusir kejahiliyahan, Nabi agung Muhammad saw.
Kalau waktu dulu para sahabat itu merindukan kanjeng Nabi melalui cincin ali-ali ataupun tongkatnya Beliau. Tapi Al-ma’rufiyah,  menyatakan kerinduannya dengan berdendang, bisa juga dengan terbang, yang belum bisa terbang, bisa dengan duduk, berdiri, pejamkan mata, melihat kebawah, merokok, dan bahkan tidak tanpa itu semua, cukup hatinya saja, mulutnya saja, atau juga diam.
            Ada juga yang membawa dan memberikan wewangian pake minyak wangi ke tangan teman-teman, karena Nabi sendiri tanpa minyak wangi pun sudah wangi. Juga sambil membawa air minum, agar energi yang ada didalam air minum itu memberikan kebaikan dan manfaat kepada kita. Karena Allah tidak membuat sesuatu yang tidak bermanfaat, apabila kita melihat hal-hal yang tidak bermanfaat, ya buat agar sesuatu itu menjadi bermanfaat.
Dengan memahami dimana letak posisi kita, baik sebagai ummatnya kanjeng Nabi, maupun hamba Allah. Karena kita tahu dan sadar bahwa kita ini tidak ada apa-apanya dihadapanNya, kita adalah orang yang tidak bisa diandalkan oleh Allah. Maka kita bershalawat kepada kanjeng Nabi, agar rahmat Allah yang turun kepada kanjeng Nabi itu  ikut turun ke kita, kecipratan oleh air kasih sayang Allah yang dipersembahkan kepada Beliau. seperti air  yang hujan yang pas waktu itu turun, meluber, membasahi batu-batu kecil, mengalir ke comberan, memberikan rasa adem pada tanah gersang.
Sebuah shalawat yang disenandungkan oleh salah satu teman kita, mengingatkan saya kepada mbah tri. Semoga shalawatnya dapat menghantarkannya kepada Rahmat Allah dan ampunanNya.
ta’ala ya sohi wal adsdiqo, ila akhirihi . . .  20.10.2011.

0 komentar:

Posting Komentar