Minggu, 01 April 2012

DEMO YO


Mari demo, ayo demo...
Pada kesempatan kali ini, aku ingin menempelkan sebuah tulisan yang semoga saja bermanfaat kepada temen-temen al-ma’rufiyah. Sebenarnya saya sendiri kurang begitu pd, tentang apakah yang saya tulis itu benar-benar merupakan sebuah tulisan?
Saya hanya meyakin-yakinkan diri, bahwa apa yang saya tulis bukanlah sebuah catatan, bukanlah sebuah coretan, atau keluhan-keluhan. Akan tetapi yang saya tulis adalah benar-benar sebuah tulisan, yang semoga mendatangkan keridhoan dan manfaat kepada semua teman-teman.
Karena berhubung, temen-temen al-ma’rufiyah juga selain posisinya sebagai santri, rata-rata bahkan seratus persen, tidak ada santri yang benar-benar santri di sini, karena kita tidak hanya statusnya adalah santri, melainkan juga mahasiswa. Itulah letak keistimewaan kita al-ma’rufiyah, ketimbang yang lain. Tapi ini bukan menyombongkan, justru disinilah letak kita untuk selalu memahami di mana kita meletakan diri.
Akhir-akhir ini mahasiswa sungguh menunjukan eksistensi dirinya yang sebenarnya selaku agen of change, tonggak perubahan bangsa, pengontrol sosial kehidupan, mengontrol kebijakan-kebijakan dalam kepemerintahan yang tidak memihak kepada kepentingan bersama / rakyat. salah satunya adalah tentang akan dinaikanya harga BBM, seperti yang terlihat, dari sabang sampai merauke, seperti ada jiwa yang menyatu, rasa yang terungkap_demo. semua pada sibuk berdemo agar harga BBM tidak dinaikin.
Begitu hebatnya mahasiswa, ditengah kesibukannya di perkuliahan, ia rela turun ke jalan, di tengah rasa pusing menyengat, ada yang sedang mengerjakan skripsi, atau belum mengajukan judul sama sekali, ngulang, sebab selalu dapat nilai yang tak ternilai, di tengah kesibukannya dalam berorganisasi, tidak hanya sekedar masuk ke kelas, tidak hanya sekedar membuat skripsi, bahkan jadwal untuk pacaran pun sementara ditunda, karena yang kita lakukan saat ini adalah ber-aksi bukan Berak-si’, yang berarti bahwa hak-hak rakyat harus kita bela, karena harga bbm naik, konsekuensinya barang-barang yang lain, kebutuhan pokok pun akan menjadi naik, dan karena kebutuhan pokok naik, maka tidak akan bisa lagi turun.
Mari demo!
Yang tidak demo bukan mahasiswa, karena identitas mahasiswa itu, tidak terletak di ip yang tinggi, tidak terletak apakah ia sudah punya belahan hati, maupun cepet mengerjakan skripsi / lulus. Identitas mahasiswa bukan sekedar diskusi ke sana-sini, maupun mengisi ruang-ruang kosong yang ada di fakultas. Identitas mahasiswa terletak ya di demo itu. Ayo demo! Dan tentu yang dimaksud dengan demo dalam wacana yang sudah kita pahami bersama adalah tawur.
Mari tawur!
Demo itu hanya statemen untuk penyebutan agar enak di dengar oleh telinga. Tujuan sebenarnya sih bukan terletak pada demo-demoannya melainkan tawurannya, bentrokannya, juga brutal-brutalannya. Kalau tidak begini, ya tidak indah toh, pemerintah nanti malah diam saja tidak bergeming, aparat polisi malah ngopa-ngopi ongkang-ongkangan terus, kalau tidak begini, apa yang akan terjadi?
Yang begini saja sepertinya BBm masih tetap akan dinaikin kok. Tapi setidaknya inilah usaha kita sebagai mahasiswa, tonggak perubahan selalu berdiri di garda depan. Tidak perlu banyak diskusi, tidak perlu lebih dahulu memahami apa yang sebenarnya terjadi, langsung saja demo, saking semangatnya. Ketika ada yang nanya, kamu sedang demo apa? Apa jawabmu? Pokonya aku sedang demo, tak penting demo apa-demo apanya, yang penting adalah demonya itu lho... tawurannya itu lho...  itunya itu lho.
Betapa semangatnya mahasiswa-mahasiswa, bagaikan api, berkobar-kobar dan menyala-nyala begitulah semangatnya. Jangan dekat-dekat, nanti kamu bisa terbakar oleh semangatnya.
ketika melihat ketidakadilan, lantangkan suara, rapatkan barisan, tidak hanya sekedar berkoar, tapi juga membela apa yang dianggapnya adalah benar yaitu rakyat. Rakyat adalah kebenaran. Dan kebenaran wajib kita bela.
Tapi aku agak aneh, bbm mau dinaikin kok temanku malah masih suka jalan-jalan ya? Apakah ia adalah orang samin? Orang yang gak pernah lihat dunia luar, selalu sering di kamar, tak pernah tahu kondisi negrinya sendiri, tak pernah liat televisi, informasi-informasi, atau tak pernah internetan? Bbm mau naik men...kok  malah jalan-jalan.
Justru itu katanya, mumpung BBM belum naik, kita puas-puasin jalan-jalannya, kita kunjungi, kita datangi tempat-tempat yang belum kita kunjungi dan belum kita datangi, kemudian kita nikmati saat-saat terakhir kita jalan-jalan ini. Sebab besok, kita gak tahu, apakah premium masih ada apa nggak. Apakah kita masih bisa jalan-jalan apa tidak.
Tapi ya begitu, kalau BBM mau dinaikin, ya dinaikin saja sekalian, asalkan tiap warga Indonesia dapat BLT, dan harus naik juga. dari  pembicraan itu ada yang usul begitu.
Adanya BLT itu membuat rakyat jadi malas. jawab pendapat temanku.
Lha, justru BLT itu sebagai rasa terima kasih mereka sama rakyat, sebab mereka menyadari bahwa rakyat indonesia bukanlah pemalas, malah mereka itu sangat bekerja keras. Pagi-pagi udah pada pergi ke pasar, ke sawah, dll. Beda sama kamu, kamu itu bukan rakyat, kamu adalah mahasiswa, maka pagi-pagi pun masih tidur. Tapi mereka, pagi-pagi sudah begitu bekerja keras kok di sebut pemalas? Aneh aku. Sanggah temanku yang lain.
Ugh.. bicara bbm saja belum kelar, ganti ke BLT. Sekarang, ada lagi yang usul : pendidikan gratis, terus ada lagi, lho bulan-bulan kemarin harga bawang anjlok kok gak ada yang ngebela sih? Kemana sang pembela?
Yang pasti obrolan waktu itu sungguh ribut. Baru aja ngobrol sudah ribut. Tapi lagi-lagi, kepercayaan, harapan dan keyakinan, jangan sampai luntur :

Indonesia adalah negara yang kaya raya, kekayaan alamnya melimpah ruah, daratan, lautan, tak terbayangkan betapa indahnya, bahkan ketika malam datang, suasana begitu amat tenang, langit banyak sekali bintang-bintang. Peristiwa ini di indonesia benar-benar sungguh terjadi, apalagi sambil ngopi.
Para pakar dunia di bidang ilmu ekonomi, politik, kebudayaan sudah terbukti ‘terjebak’ dalam mempersepsikan apa yang sesungguhnya terjadi pada bangsa kita.
Penduduk seluruh dunia membayangkan indonesia adalah kampung-kampung yang kumuh, banyak orang terduduk di tepi jalan karena lapar, perampok di sana-sini, orang berbunuhan karena berbagai macam sebab, demo-demo ujungnya selalu ribut, selalu bentrok, dan selalu memakan korban. negri yang penuh kesedihan, duka dan kegelapan.
Padahal di muka bumi ini tak ada orang yang bersuka ria melebihi orang indonesia. Tak ada orang yang berjoget-joget gembira siang malam melebihi bangsa indonesia. Tak ada masyarakat berpesta, tertawa-tawa, jagongan, serta segala macam bentuk kehangatan hidup, melebihi kebiasaan masyarakat kita.
Walaupun ada informasi bbm itu naik, pengriman kendaraan masih akan terus berlangsung, berapapun yang kau datangkan, dijamin masih akan tetap laku.
Penduduk dunia menyangka bahwa bangsa kita sedang mengalami krisis, padahal berita tentang krisis negara kita adalah suatu ungkapan kerendahan hati. Penduduk bumi sering tidak mengerti retorika budaya masyarakat kita.
Kalau kita bilang “negara kita sedang krisis”, itu semacam tawadhu sosial, suatu sikap yang menghindarkan diri dari sikap sombong, kalau pemerintah kita terus berhutang triliyunan dollar, itu strategi agar kita disangka miskin, itu taktik agar dunia meremehkan kita, karena kita punya prinsip religius bahwa semakin kita di rendahkan oleh manusia, smakin tinggi derajat kita di hadapan Allah, smakin kita di perhinakan oleh manusia di bumi, smakin mulia posisi kita di langit.
Tim nasional sepak bola kita pun dirancang sedemikian rupa sehingga jangan sampai menangan atas kesebelasan negara-negara lain. Sudah berpuluh tahun kita mempraktikan filosofi “ngalah kuwi dhuwur wekasane”.
Dan kita tentunya tidak akan pernah pamer keunggulan kepada bangsa lain, itulah justru tanda keunggulan budaya kita. kita berpura-pura bodoh, kita pergi belajar ke negri mereka, dan jangan sampai mereka yang belajar ke negri kita, dan tujuannya memang agar kita dianggap bodoh oleh mereka, kemudian kita pergi ke yunani, ke Amerika, ke Mesir, ke mana-mana dalam rangka untuk belajar. bahkan dalam diskusi halaqoh al-ma'rufiyah, tentang islam, kita menghormati islam negara lain, dengan mengatakan bahwa islam asli, islam murni, islam yang benar-benar islam itu bukan di indonesia, tapi di arab. 
karena Kita memang tidak akan mencari kepuasan hidup dengan melalui sikap “ngendas-ngendasi”bangsa lain. kita harus menjunjung tinggi bangsa lain, karena bangsa lain itu memang bangsa yang perlu untuk kita junjung. kita gak perlu di junjung-junjungi sudah tinggi, kebesaran indonesia itu tak perlu kebesaran, karena indonesia memang sudah besar, bangsa besar. yang masih butuh kebesaran, berarti masih kecil. Kita adalah bangsa yang memiliki kemuliaan bathin, karena sanggup mempraktekkan budaya yang andap asor itu. 
23.03.2011

Sholat Tasbih


Setiap tanggal 10 Muharram, warga al-ma’rufiyah beserta warga masyarakat sekitarnya sudah menjadi tradisi bahkan pak kiai bilang : sampai kiamat. berkumpul bersama di mushola, untuk melakukan sholat tasbih berjamaah. Perkumpulan ini dimulainya setelah waktu maghrib, setelah melalui pengumuman lewat pengeras suara.
Di situ semua membaca wiridan Hasbunallah wa ni’mal wakil ni’mal maula wani’man nasir wala haula wala quwata illa billahil ‘aliyil adzim yang artinya Cukuplah Allah yang mencukupiku, sebagai wakilku dan penolongku, tiada daia dan upaya melainkan semua itu adalah dariNya.  sebanyak tujuh puluh kali.
Sebelum melakukan wiridan tersebut, beliau berbicara mengenai bacaan yang akan diwiridkan tentang cara membacanya yang benar, misalnya adalah Hasbunallah bukan Kasbunallah, kalau kasbunallah, nanti malah mbah bun. 
Lalu beliau juga berbicara mengenai sholat tasbih. tentang sholat tasbih, yang akan dilaksanakan setelah sholat isya. kata pak KH.Abas Masruhin, pengasuh kita : sholat tasbih itu kalau tidak bisa dilakukan satu tahun sekali ya sebulan sekali, kalau tidak satu bulan sekali satu minggu sekali, kalau tidak satu minggu satu kali, yo setiap hari”.

Al-Ma’rufiyyah Berdendang


Tepatnya pada tanggal 20-10-2011 malam jum’at,  al-ma’rufiyah bershalawat, dan bahkan para malaikat pun ikut bershalawat, air yang turun dari langit, menyambut malam kawasan ma’rufiyah, yang semakin kesini semakin meriah,  di tengah perpolitikan negara yang smakin tidak bisa dipahami apa yang sebenarnya terjadi, peduli amat sama negara, negara itu buatan manusia, dan manusia smakin bingung atas apa yang telah diperbuatnya.
Yang namanya shalawat tentunya tidak hanya sekedar dilagukan saja, atau  dilagakan tanpa dilogikakan. Walaupun demikian, Al-ma’rufiyah mempunyai semacam  tradisi untuk memahami itu semua, mempunyai semacam bahasa kedewasaannya tersendiri untuk mengungkapkan menyatakan dan mempersembahkan kerinduannya terhadap pemimpin kebenaran, pengantar kema’rufan, pengusir kejahiliyahan, Nabi agung Muhammad saw.
Kalau waktu dulu para sahabat itu merindukan kanjeng Nabi melalui cincin ali-ali ataupun tongkatnya Beliau. Tapi Al-ma’rufiyah,  menyatakan kerinduannya dengan berdendang, bisa juga dengan terbang, yang belum bisa terbang, bisa dengan duduk, berdiri, pejamkan mata, melihat kebawah, merokok, dan bahkan tidak tanpa itu semua, cukup hatinya saja, mulutnya saja, atau juga diam.
            Ada juga yang membawa dan memberikan wewangian pake minyak wangi ke tangan teman-teman, karena Nabi sendiri tanpa minyak wangi pun sudah wangi. Juga sambil membawa air minum, agar energi yang ada didalam air minum itu memberikan kebaikan dan manfaat kepada kita. Karena Allah tidak membuat sesuatu yang tidak bermanfaat, apabila kita melihat hal-hal yang tidak bermanfaat, ya buat agar sesuatu itu menjadi bermanfaat.
Dengan memahami dimana letak posisi kita, baik sebagai ummatnya kanjeng Nabi, maupun hamba Allah. Karena kita tahu dan sadar bahwa kita ini tidak ada apa-apanya dihadapanNya, kita adalah orang yang tidak bisa diandalkan oleh Allah. Maka kita bershalawat kepada kanjeng Nabi, agar rahmat Allah yang turun kepada kanjeng Nabi itu  ikut turun ke kita, kecipratan oleh air kasih sayang Allah yang dipersembahkan kepada Beliau. seperti air  yang hujan yang pas waktu itu turun, meluber, membasahi batu-batu kecil, mengalir ke comberan, memberikan rasa adem pada tanah gersang.
Sebuah shalawat yang disenandungkan oleh salah satu teman kita, mengingatkan saya kepada mbah tri. Semoga shalawatnya dapat menghantarkannya kepada Rahmat Allah dan ampunanNya.
ta’ala ya sohi wal adsdiqo, ila akhirihi . . .  20.10.2011.

Al-Ma’rufiyyah Bertharah


Dalam sebuah perkumpulan halaqah ponpes al-ma’rufiyyah, waktu itu membahas tentang bab thaharah. Sejujurnya saya sendiri agak minder tentang pembahasan yang sedemikian panjang dan luasnya arti dari thaharah itu sendiri.
Karena Secara sederhananya thaharah bukanlah sebuah pembahasan, bukanlah pembicaraan, bukanlah sebuah perkumpulan perdebatan dan serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang membuat aku selalu bertanya.
Mengapa disetiap kitab-kitab fiqh, maupun hadist selalu diawali  bab thaharah, sebelum memasuki bab-bab selanjutnya, apa tujuan thaharah?
Sesungguhnya apa yang saya katakan dan tuliskan bukanlah karena aku ingin memberikan sebuah jawaban apalagi jalan, itu semua adalah sebuah ketidaktahuanku dan ketidakmengertianku, Mumet ? 
Santai saja, al-ma’rufiyah toh sangat mempunyai keluwesan untukmemahami setiap kemumetannya, dengan sesuatu yang bisa diterima, sederhana, tidak njilmet, tidak mumet apalagi ruwet :
Thaharah ya thaharah, Yaitu ketika sepatu-sepatu mulai menimbulkan bau, ketika baju-baju sudah tidak bersih lagi, ketika waktu mengaji malah tidak mengaji padahal ada di pondok ini, ketika ada adzan tidak didengarkan, ketika masih sulit untuk bangun pagi, ketika kegiatan terlalu menumpuk dimalam hari, ketika belum bisa mengatur, menata, memanage, mengelola, entah finansianya, sosialnya ataupun dirinya.
Maka, thaharah adalah Proses untuk berlari dari itu semua.