Senin, 26 Maret 2012

Kontemplasi

Malam hari sibuk kontemplasi, merenungi hakikat diri kembali, dan kemana nanti pergi. Dalam al-qur’an kita temukan lapadz warka’u ma’arraki’in, terkandung nilai “jamaah”, kalo kalian hendak merokok, maka berkumpulah bersama orang-orang yang merokok.
Dalam shalat kita lihat ada aktifitas yang disebut dengan rukuk, dan bahkan rukuk ini menjadi salah satu dari rukun shalat. Orang tidak rukuk, batallah shalatnya.
            Rokok itu diambil dari wajan raka’a yarkau rok’an, ruku’an, roko’an. Orang kalo sedang merokok bisa berarti orang sedang rukuk, artinya ia sedang melihat ke bawah, ke tanah, memandang asal muasalnya.melihat dirinya, memandang kembali dirinya, merenungi hakikat dirinya, menemukankan kembali siapa sebenarnya dirinya, yang kemudian kita ucapkan kalimat sucikepada yang Maha suci, persembahkan kalimat agung kepada Yang Maha Agung : Subhana rabbiyal adzimi wa bihamdi.
            Makanya, kalau merokok, harus ada kopi, kalo kata kang Fahmi waktu khitobahan, pemahaman kopi : Kerungu Omongane Pak kiai (kopi), sedangkan kiai, dapat kita pahami pewaris para nabi, jadi, kopi : mendengarkan hadist-hadist Nabi
Bisa kemudian berguna untuk memfilter pikiran-pikiran yang tak jelas, yang ruwet dan yang tak terumuskan, bayangan-bayangan malam yang kadang smakin aneh di bayangkan,  Kopi, itu diambil dari lapadz kafa, yakfi, kuufi, artinya merasa cukup, menerima, legawa, bersyukur, Allahu akbar. Allah yang memberi kehidupan, kita buang segala kerumitan, kita syukuri kehidupan. Kopi adalah strategi ataupun taktik kita untuk mengungkapkan kalimat rukuk itu. Kopi adalah tuma’nihah.
            Teman saya bilang: Em Nur, Pandai-pandailah kamu dalam bersyukur, tapi ternyata aku tak pernah bisa pandai, jangankan pandai bersyukur, pandai tidur saja, tak pernah pandai, alias masih kebanyakan ngawur.
3o.07.2011

0 komentar:

Posting Komentar